Selasa, 08 Mei 2018

Magang OJK Regonal 3, GAYENG!!!

PENGALAMAN MAGANG DI KANTOR REGIONAL 3 OJK JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERTEMPAT DI SEMARANG Pada tanggal 4 April s.d. 1 Mei 2018, saya berkesempatan untuk menjadi salah satu peserta program magang dengan penempatan di Kantor Regional 3 OJK Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang bertempat di Semarang yang beralamat Kantor Regional 3 di Jl. Kyai Saleh Nomor 12-14, Semarang. Sedikit bercerita, nama saya Kurnia Karimah mahasiswi IAIN Salatiga, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam tahun 2014. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga Negara yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan baik di sektor perbankan, pasar modal, dan sektor jasa keuangan non-bank seperti Asuransi, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya. Setiap bulannya, Regional 3 OJK Jawa Tengah membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk merasakan suasana kerja di Kantor Regional 3 OJK Jawa Tengah. Sebelum bercerita lebih lanjut, saya akan bercerita mengenai pengalaman saya mulai awal seleksi hingga saya menyelesaikan program ini dengan cukup baik. Berawal dari rasa ketertarikan untuk mencari pengalaman dan rasa ingin tahu yang tinggi tentang pengawasan yang dilakukan oleh OJK, pada bulan Maret 2018 akhir saya mencoba untuk mendaftarkan CV dan proposal magang saya melalui email ke OJK Pusat Jakarta untuk ditempatkan di Kantor Regional 3 OJK Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang bertempat di Semarang. Sejujurnya, saya tidak meletakkan banyak harapan pada proses ini, hal ini dikarenakan pada bulan September 2017 saya sempat mendaftarkan CV saya dan mengajukan proposal magang secara langsung ke Kantor OJK Yogyakarta untuk periode bulan Maret sampai bulan April 2018. Namun, sampai pada bulan Maret 2018 akhir, tidak ada kepastian proposal yang saya ajukan. Namun, tidak disangka-sangka, saya mendapatkan notifikasi via email bahwa permohonan untuk Program PKL di OJK diterima untuk periode 4 April s.d. 1 Mei 2018 dengan penempatan di Kantor Regional 3 OJK Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang bertempat di Semarang yang beralamat Kantor Regional 3 di Jl. Kyai Saleh Nomor 12-14, Semarang. PIC untuk program magang di Kantor Regional 3 yaitu Bapak Robi Setiawan. Saya kemudian diharuskan untuk datang mengikuti ujian pre-test dihari pertama magang. Disitu juga kami diberikan kesempatan untuk memilih bagian yang kami inginkan. Dengan kemampuan seadanya dan tanpa persiapan, saya akhirnya mengikuti pr-test tersebut. Materinya meliputi pengetahuan tentang Otoritas Jasa Keuangan secara umum. Sebelum ditempatkan pada bagian masing masing, kami diberi materi tentang OJK. Kesempatan ini sangat membantu kami untuk lebih memahami tentang OJK. Pada minggu pertama, saya di tempatkan dibagian Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat, yang terletak di lantai 2. Sementara teman-teman saya lainnya tersebar ditempatkan di bagian EPK dan Administrasi SDM. Pada minggu kedua, saya pindah ke pengawasan perbankan syariah yaitu Bank Perkreditan Rakyat Syariah di Jawa Tengah. Begitu pula dengan teman teman saya lainnya dipindahkan ke bagian lain. Terakhir pada minggu ketiga, saya dipindahkan ke pengawasan Pengawasan IKNB (Indutri Keuangan Non Bank). Untuk daily working, saya banyak dilibatkan untuk dapat memahami tingkat kesehatan suatu bank. Divisi saya memiliki fokus pada pengawasan perbankan konvensional yaitu Bank Perkreditan Rakyat sehingga saya sedikit lebih memahami analisis tingkat kesehatan perbankan. Banyak kebiasaan cukup menarik yang biasa dilakukan oleh Kantor Regional 3 OJK Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang bertempat di Semarang untuk mendukung suasana kerja yang kondusif, yakni meeting, melakukan pengawasan dengan turun langsung ke lapangan untuk melihat fakta, sharing session divisi untuk menambah wawasan, sholat berjamaah dzuhur dan ashar, rutinan ceramah setelah solat ashar dan senam setiap hari Jumat pagi. Saya banyak belajar dari segi softskill setiap harinya. Inisiatif tinggi dan pola pikir kritis adalah hal yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan dan sangat mempengaruhi performa kita dimata orang-orang sekeliling kita. Terakhir, saya membuat project untuk membuat laporan PKL. Setelah selesai, saya kemudian diminta untuk melakukan persentasi di depan Deputi Direktur Manajeme Strategis, EPK & Kemitraan Pemda Dedy Patria, Kepala Bagian Administrasi Bambang Triono, Kepala Subbagian Administrasi Organisasi dan SDM Eka Budi Kurniawan, serta PIC Robi Setiawan. Dalam persentasi tersebut, saya lebih banyak ditanya mengenai apa yang saya rasakan selama beraktivitas di Kantor Regional 3 OJK Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang bertempat di Semarang dan apakah hal tersebut sudah memenuhi ekspektasi atau belum. Pengalaman magang di Kantor Regional 3 OJK Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang bertempat di Semarang merupakan salah satu pengalaman terbaik di dalam hidup saya. Dengan magang, pikiran saya lebih terbuka, semangat saya lebih membara, dan cita-cita saya menjadi lebih tinggi. Meskipun dalam perjalanannya tidak selalu mulus dan menyenangkan, magang mampu membuat saya mengenal dunia kerja dengan lebih baik dan melatih saya untuk siap memasuki dunia kerja yang kelak akan kita hadapi bersama. Satu hal yang ingin saya tekankan, Jangan pernah meremehkan kemampuan dirimu. Ketika kamu memiliki kesempatan, maka gunakanlah. Ketika kamu telah yakin akan suatu hal, maka tekunilah dengan baik. Dan ketika kemudian kamu diberikan kepercayaan, maka berusahalah dengan menunjukkan versi terbaik dirimu. Tetap bersyukur dan selalu rendah hati.
Gambar.1 Pemberian materi oleh Bapak Moh. Rizal S
Gambar.2 Diskusi tentang interest divisi
Gambar.3 Penyambutan oleh Kepala Bagian Administrasi Bambang Triono

Senin, 15 Juni 2015

Asal Usul dan Budaya Dusun Kembang Lampir Magelang



STUDI PENELITIAN ASAL USUL DAN BUDAYA DUSUN KEMBANG LAMPIR KABUPATEN MAGELANG
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia
dosen  pengampu Marwanto, M.Pd.

LOGO IAIN.jpg

Oleh :
Kurnia Karimah
213-14-087

Perbankan Syariah S1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri Salatiga
                                                           2015



STUDI PENELITIAN ASAL USUL DAN BUDAYA DUSUN KEMBANG LAMPIR KABUPATEN MAGELANG
oleh : Kurnia Karimah
Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
saai ini menempuh semester 2 di Institut Agama Islam Negeri Salatiga


PENDAHULUAN
Matahari di pagi yang hangat dan segarnya tetes embun pagi melengkapi panorama alam nan indah di Dusun Kembang Lampir. Langit cerah berwana biru berhias awan putih berpadu membuat enggan rasa kaki melangkah meninggalkan salah satu Dusun di Kabupaten Magelang ini. Kicau burung begitu ramai seperti riang menyambut padi disemai. Udara pagi yang masih sangat bersih karena belum terkontaminasi oleh polusi udara. Petani membajak sawahnya dengan kerbau. Anak-anak kecil yang gemar mencari burung di sawah dan kebun. Ikan di sungai masih dapat dilihat dari atas sungai, sehingga memudahkan untuk dipancing dengan kail.
Hijau, hangat, dan bersahabat mungkin pas untuk menggambarkan kondisi alam Dusun Kembang Lampir. Suara jangkrik malam, bahkan sesekali suara burung hantu terdengar sebagai musik alam yang selalu meninabobokan masyarakat di Dusun Kembang Lampir. Hening malam dengan buratan sinar bulan menambah suasana semakin sunyi dan damai. Alunan dan geretan batang-batang bambu dengan daunnya yang sering sekali menyemarakkan suara kedamaian malam. Semakin beranjak malam maka semakin damai.
Kokok ayam jago rutin membangunkan raga kala dini hari. Seolah sudah menjadi jadwal yang tidak pernah telat setiap hari-setiap pagi. Selain alarm alam ini, kumandang azan subuh juga selalu diperdengarkan serta suara alam lain seperti gemerudug rombongan kerbau yang akan dimandikan di sungai Dusun Kembang Lampir.
Kembang Lampir merupakan sebuah dusun di salah satu Kabupaten Magelang Jawa Tengah tepatnya di Kecamatan Bandongan yang terletak di antara dua sungai atau sering disebut progo yaitu Dong Lowo dan Dong Kupit. Panorama alamnya tak kalah indah dibanding wilayah Magelang lainnya. Saat masuk dusun, disuguh dengan pemandangan unik jenis pohon-pohon resede yang berjajar rapi disetiap kanan dan kiri jalan yang lurus hingga menyerupai sebuah gua sekitar 150 meter dari jalan utama Bandongan-Babrik. Masyarakat Dusun Kembang Lampir pun dikenal memiliki kepribadian ramah.
Asal nama dusun Kembang Lampir dipercaya berasal dari nama nenek moyang bernama Lampir yang dahulu tinggal di dusun tersebut. Pernah suatu ketika, seorang laki-laki yang bermukim di Dusun Kembang Lampir bernama Bapak Jamil bermimpi agar masyarakat Dusun Kembang Lampir bersedia mencari dan merawat makam nenek Lampir yang katanya terletak di bagian utara dusun. Namun sayang, beliau tidak serius menanggapi mimpi tersebut. Hingga akhirnya, sampai sekarang makam Nenek Lampir belum terbukti kebenarannya dan masih dianggap sebagai dongeng belaka.

A.  Sistem Kepercayaan atau Religi
Sistem kepercayaan atau religi merupakan kepercayaan manusia terhadap adanya Sang Maha Pencipta yang muncul karena kesadaran bahwa ada zat yang lebih dan Maha Kuasa(Haruman,Muhammad Ganif,2012:1).
Agama Islam umumnya berkembang baik dikalangan masyarakat orang Jawa. Hal ini tampak nyata pada bangunan-bangunan khusus untuk tempat beribadat orang-orang yang beragama Islam. Meskipun demikian tidak semua orang beribadat menurut agama Islam, sehingga berlandasan atas kriteria pemelukan agamanya, ada yang disebut Islam santri dan kejawen(Koentjaraningrat,2002:339).
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut(Mulyadi,Agus,2013:1).
Sistem kepercayaan masyarakat Jawa sangatlah beragam dan memilki banyak perbedaan yang tetapi masih berdiri di satu dasar kesatuan. Agama yang dianut umumnya adalah katolik, Kristen. Buddha, Hindu, dan Islam(Atmaja,Nathalia,2009:1).
Agama dan kepercayaan yang berkembang dan dianut oleh masyarakat Dusun Kembang Lampir, antara lain agama Islam sebagai agama mayoritas, selain itu terdapat pula agama lain yang dianut yaitu Kristen Protestan.Untuk saat ini agama selain Islam dan Kristen Protestan di Dusun Kembang Lampir belum ada.
Selain agama, masyarakat Dusun Kembang Lampir juga percaya beberapa budaya seperti selamatan yang merupakan kegiatan yang paling umum dan paling dikenal. Pada dasarnya, selamatan adalah kegiatan makan bersama, dimana makananya telah lebih dahulu didoakan sebelum dibagikan. Tujuan selamatan ini sendiri adalah untuk memperoleh keselamatan dan menjauhi gangguan. Kegiatan selamatan dibagi menjadi empat macam yaitu selamatan dalam rangka lingkaran hidup seseorang, dimulai dengan selamatan nujuh bulanan, aqiqahan, potong rambut, terus berputar hingga sampai pada saat kematian orang tersebut, mulai dari sedekah nelung dina, sedekah mitung dina, sedekah matangpulunh dina dan sedekah nyewu. Yang kedua selamatan yang diadakan dalam rangka bersih desa, penggarapan tanah pertanian, dan setelah memanen padi. Kemudian yang ketiga selamatan yang berhubungan dengan hari-hari besar atau hari-hari keagamaan islam. Seperti Muludan, Malam Satu Suro, Ruwah, Rajab dan lain-lain. Yang terakhir selamatan yang dibuat pada waktu-waktu tertentu, seperti saat menempati rumah baru, lulus tes, mendapatkan rizki, dan saat sembuh dari sakit.
Sadran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sebagai kepercayaan. Kegiatan  ini dilakukan pada bulan sebelum bulan puasa (reuwah/syaban). Kegiatan  ini diisi dengan acara mengunjungi makam keluarga, kerabat, atau orang-orang yang dihormati.
Malam satu suro adalah peringatan pergantian tahun dalam kalender Jawa. Kalender ini terpengaruh dari kalender Islam. Pada tahun 431 H atau tahun 1443 tahun Jawa baru, sunan Giri dari kerajaan demak, membuat penyesuaian antara tahun islam dan tahun Jawa.
Ngupat atau ngupati adalah kegiatan adat yang dilakukan oleh seorang ibu yang sedang mengandung empat bulan yang bertujuan untuk keselamatan sang ibu dan jabang bayinya, juga untuk menolak bala. Dalam acara ini, para tamu yang hadir diberikan sajian ketupat yang dimasukan ke dalam wadah yang disebut besek, yang dibagikan saat pulang. Selain ngupat yang diadakan pada bulan keempat, pada bulan kelima pun ada upacara serupa yang bernama ngliman. Sedangkan pada bulan ketujuh, diadakan upacara dengan tujuan serupa yang bernama mitoni atau tingkeban.
Mendhem ari-ari adalah prosesi yang dilakukan di Dusun Kembang Lampir setelah sang jabang bayi lahir. Ari-ari diistimewakan, karena sebagai penghubung antara sang ibu dengan bayinya di dalam rahim, masyarakat percaya bahwa ari-ari adalah kembaran atau “sedulur kembar” sang bayi tersebut.
Supitan (khitanan) merupakan adat penting berikutnya dalam lingkaran masyarakat Dusun Kembang Lampir untuk meresmikan diri masuk Islam. Supitan dapat dilakukan pada waktu seorang anak pria berumur empat sampai tujuh tahun. Anak pria yang sudah dikhitan dinamakan jaka. Setelah melakukan khitan, siang harinya diadakan selamatan yang dinamakan selamatan jenang abrit.
Selain kepercayaan akan adat yang biasa dilakukan, masyarakat juga percaya akan adanya kehidupan lain mahluk-mahluk seperti jin dan lainnya. Selain itu juga setan atau dhemit yang merupakan mahluk yang pada umumnya dianggap jahat. Wewe merupakan setan wanita yang sangat jelek. Tetapi ada setan-setan yang cantik rupawan seperti misalnya kuntilanak, yang menampakan dirinya di jalan-jalan sunyi di malam hari untuk mencari mangsanya, sundhel bolong merupakan seorang wanita yang cantik tetapi yang ternyata berlubang punggungnya. Ada setan yang menyerupai anak kecil/kerdil yaitu thuyul atau setan gundul.
Masyarakat Dusun Kembang Lampir juga percayan bahwa setiap anak gadis tidak boleh duduk di depan pintu rumahnya, katanya akan menjauhkan jodoh. Kemudian tidak di perbolehkan orang menjahit baju pada malam hari, pamali atau ora ilok. Tidak boleh tidur setelah sholat subuh, katanya akan membuat otak manusia menjadi bodoh. Juga tidak boleh tidur setelah sholat asar, di sinyalir dapat menjauhkan rejeki. Apabila ada anak kecil giginya lepas, maka gigi yang lepas tersebut dibuang secara berlawanan. Contoh apabila yang lepas adalah gigi atas maka harus dikubur, jika yang lepas gigi sebelah bawah maka harus dibuang di atas genting. Tidak boleh menyapu lantai saat ada tamu dan malam hari, dinilai mengusir tamu dan membuang rejeki. Apabila langit mendung sedangkan sedang tidak menginginkan hujan, maka biasanya orang-orang meletakkan sapu lidi sambil terbalik.

B.  Sistem Kemasyarakatan
Sistem yang muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan kelebihan masing – masing antar individu sehingga timbul rasa utuk berorganisasi dan bersatu(Haruman,Muhammad Ganif,2012:1).
Sistem kekerabatan orang Jawa itu berdasarkan prinsip keturunan bilateral. Sedangkan sistem istilah kekerabatannya menunjukkan sistem klasifikasi menurut angkatan-angkatan(Koenjtaraningrat,2002:330).
Kekerabatan kakak-kakak dari ayah dan ibu di Dusun Kembang Lampir diklasifikasikan ke dalam dua golongan yang dibedakan menurut jenis kelamin menjadi pak lek (paman) dan bu lek (tante) sedangkan dari adik-adik ayah dan ibu menjadi pak dhe (paman) dan bu dhe (bibi).
Adapun bidang sosial dan pemerintah, masyarakat Dusun Kembang Lampir memilih seorang kepala desa (lurah) dengan semua pembantunya, seperti carik, tirta (ulu-ulu), dan juga baya. Tugas utama mereka adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

C.  Sistem Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).
Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi:
·      Pengetahuan tentang alam 
·      Pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya 
·      Pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia 
·      Pengetahuan tentang ruang dan waktu(Sebma,Forever,2013:1).
Sistem yang terlahir karena setiap manusia memiliki akal dan pikiran yang berbeda sehingga memunculkan dan mendapatkan sesuatu yang berbeda pula, sehingga perlu disampaikan agar yang lain juga mengerti (Haruman,Muhammad Ganif,2012:1).
Ada beberapa sistem pengetahuan misalnya pertanian, perdagangan/bisnis, dan pemerintahaan/politik yang ada di Dusun Kembang Lampir. Hal tersebut juga bagian dari kebudayaan. Masyarakat dusun yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian tradisional yang disebut sistem pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut masyarakat, pranatamangsa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem pranatamangsa digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan kemarau. Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah tanah, saat menanam, dan saat memanen hasil pertaniannya karena semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus peristiwa alam.

D.  Sistem Pencaharian Hidup/Perekonomian
Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain:
a.berburu dan meramu;
b.beternak;
c.bercocok tanam di ladang;
d.menangkap ikan;
e.bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi(Mulyadi,Agus,2013:1).
Pada saat ini masih banyak sistem mata pencaharian atau ekonomi masyarakat di Dusun Kembang Lampir yang berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat dalam sektor pertanian relatif belum terpengaruh oleh arus modernisasi. Dalam melakukan pekerjaan pertanian ini di antara masyarakat Dusun Kembang Lampir adalah
a.    Petani asli
Petani asli merupakan seorang yang bekerja sebagai petani dengan memiliki lahan atau sawah sendiri untuk di kerjakan sendiri maupun dibantu oleh buruh tani.
b.    Buruh tani atau buruh maton
Buruh tani merupakan seorang yang bekerja sebagai petani dengan mencangkul, mematun, membajak, menggaru, dan menuai di lahan atau sawah milik orang lain sehingga mendapatkan gaji atau upah.



c.    Petani kontrak
Petani kontrak merupakan seorang petani yang menyewa lahan atau sawah agar dapat ditanami sehingga menghasilkan keuntungan sehingga membaginya kepada orang pemilik sawah misalnya untuk satu masa panen.

Biasanya di samping tanaman padi, beberapa jenis palawija juga ditumbuhkan baik sebagai tanaman utama di tegalan maupun tanaman penyela di sawah pada waktu musim kemarau dimana air sangat kurang untuk pengairan sawah-sawah itu, seperti ketela pohon, jagung, ketela rambat, kedelai, kacang tanah, gude, dan lai-lain.
Selain di sektor pertanian, masyarakat Dusun Kembang Lampir juga banyak bekerja sebagai pengrajin sangkar burung atau sering disebut kurungan. Mereka membuat kurungan dari bambu yang memang tumbuh dengan baik di dusun tersebut. Beberapa bekerja sebagai tukang maupun buruh bangunan. Terdapat juga yang bekerja sebagai pedagang, pegawai negeri, pelajar, dan sedikit diantaranya sebagai ibu rumah tangga.

E.   Sistem Peralatan dan Teknologi
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik(Mulyadi,Agus,2013:1).
Dipandang dari bahan dan bentuknya, maka ada beberapa macam rumah. Ada rumah yang menggunakan bahan batang bambu, glugu (batang pohon nyiur), dan kayu jati sebagai kerangka atau pondasi rumah. Sedangkan untuk dindingnya, umum digunakan gedek atau anyaman dari bilik bambu. Namun sekarang, seiring dengan perkembangan zaman, banyak yang telah menggunakan dinding dari tembok. Sedangkan atap yang sebelumnya terbuat dari anyaman kelapa kering (blarak), sekarang sudah menggunakan genting. Sungguhpun demikian rumah tersebut didirikan menurut sistem kerangka tertentu, sehingga membentuk sebuah bangunan persegi. Bagian dalam rumah itu, dibagi-bagi menjadi ruangan-ruangan kecil yang satu sama lain dipisah-pisahkan, dengan gedek yang dapat digeser atau dipindahkan , dan pintunya adalah pintu seret, sedangkan jendela-jendela tidak ada. Sinar matahari dapat masuk melalui lubang dari atas atap dan celah-celah dindingnya(Koentjaraningrat,:324).
Adapun mengenai bentuk rumah di Dusun Kembang Lampir kebanyakan rumah limas dan sedikit rumah serotong.
 









              Rumah Limas




Gambar 1





 





                                                                                            
 Rumah Serotong
 




                                                                                                                                


 


                                  Gambar 2


Peralatan masak tradisional juga masih digunakan oleh masyarakat seperti
·      Munthu merupakan peralatan masak yang biasanya terbuat dari batu atau lempung (tanah liat) digunakan sebagai tempat menumbuk (ngulek) bahan-bahan masakan seperti bawang merah, bawang putih, dan cabai. Namun sekarang sebagian masyarakat telah banyak menggunakan blender karena praktis dan tidak membutuhkan waktu lama untuk menumbuk.
·      Pawon merupakan tempat untuk memasak dengan menggunakan kayu atau sejenisnya yang mudah terbakar dan biasanya terbuat dari lempung (tanah liat) atau semen.
·      Cowek merupakan pasangan dari munthu yang berfungsi untuk menumbuk (ngulek) bahan-bahan masakan.
·      Parut merupakan papan yang biasanya terbuat dari kayu atau alumunium yang salah satu memiliki sisi tajam seperti paku-paku kecil sehingga berfungsi menghancurkan suatu bahan makanan contohnya wortel dan kelapa.
·      Solet merupakan peralatan masak yang biasanya terbuat dari kayu, alumunium bahkan besi digunakan untuk membantu mebolak-balikkan bahan makanan yang sedang digoreng.
·      Irus merupakan alat pengaduk sayur tradisional terbuat dari kayu atau alumunium.
·      Kukusan merupakan peralatan tradisional dari anyaman bambu membentuk seperti corong digunakan untuk memasak nasi.
·      Tlenan merupakan papan dari kayu digunakan sebagai tempat memotong seperti sayur, daging, buah-buahan dan sebagainya.
·      Lumpang merupakan tempat untuk menumbuk sesuatu seperti ketela, beras, kentang, dan lain-lain. Biasanya terbuat dari batu yang cukup besar dibandingkan batu munthu.
·      Alu merupakan pasangan dari lumpang yaitu untuk menumbuk sesuatu biasanya terbuat dari kayu.
·      Mendheng (wajan) merupakan tempat untuk memasak sayur dari alumunium, lempung (tanah liat) atau besi.
·      Ceret merupakan tempat air setelah masak biasanya dari alumunium.
·      Termos merupakan tempat untuk menjaga agar air setelah masak tetap dalam keadaan panas atau hangat sampai beberapa hari kemudian.
·      Kendhi merupakan tempat air setelah masak dari lempung (tanah liat).
·      Genthong merupakan tempat air bersih (bukan air masak) yang memiliki ukuran cukup besar dari semen.
Peralatan pertanian tradisional yang masih digunakan oleh masyarakat Kembang Lampir antara lain :
·      Pacul atau cangkul yaitu peralatan tani yang berfungsi untuk mencangkul sawah atau tegalan terbuat dari besi dan kayu.
·      Arit atau sabit merupakan peralatan tani dari besi tajam berbentuk seperti huruf L dengan kayu sebagai pegangannya digunakan untuk memotong rumput, ranting atau sejenisnya..
·      Ani-ani merupakan alat untuk menuai padi terbuat dari besi kecil tajam dan kayu.
·      Eblek merupakan tempat dari anyaman bambu berbentuk lingkaran bisa digunakan untuk membersihkan beras dari kulitnya hingga bersih.
·      Tenggok merupakan bakul besar tempat potongan batang-batang padi yang telah diikat.
·      Bagor merupakan tempat padi setelah dituai terbuat dari anyaman plastik.
·      Jarit merupakan kain untuk membantu menggendong bagor yang telah terisi padi.
·      Tudung atau caping merupakan pelindung kepala saat menuai padi disawah dari anyaman bambu.
Sedangkan peralatan mandi tradisional yang masih sering digunakan antara lain :
·      Ciduk atau siwur merupakan kata lain dari gayung digunakan untuk mengambil air di bak mandi.
·      Ember merupakan tempat atau wadah yang bisa digunakan untuk menampung air atau yang lainnya dari plastik.
·      Selang merupakan benda panjang berfungsi untuk menyalurkan air dari sumbernya ke rumah warga, biasanya terbuat dari plastik.
·      Bak mandi merupakan tempat air bersih yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari seperti mandi, masak dan lain-lain.

F.   Sistem Kesenian
Seni ialah produk jenis prilaku manusia khususnya dengan penggunaan kreatif imajinasi manusia untuk menerangkan, memehami, dan menikmati kehidupan. Menurut Malinowski, segala aktivitas kenudayaan itu sebenarnya bermaksud untuk memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri mahluk manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya. Sehingga dapat memperoleh gambaran mengenai sejarah, keadaan dan identitas sebuah masyarakat atau bangsa.
Seni memiliki fungsi kreatif dan ekspresional juga seringkali memiliki fungsi untuk mempererat ikatan solidaritas, sebagai saran pendidikan, sarana sosialisasi norma-norma, alat untuk mewariskan adat dan nilai-nilai kebudayaan.
Kesenian dapat dibagi dalam dua bagian besar, yaitu :
1.    Seni rupa, yaitu kesenian yang dapat dinikmati dengan mata.
2.    Seni suara, yaitu kesenian yang dapat dinikmati dengan telinga(Sebma,Forever,2013,1).
Kesenian yang ada di Dusun Kembang Lampir diantaranya :
Kesenian merupakan bentuk ekspresi. Selama ada kehidupan masyarakat maka di situ pula ada nilai seni. Begitu pula dengan Dusun Kembang Lampir, kesenian budaya yang ada begitu banyak karena dari unsur masyarakat yang masih memegang tradisi kedesaan. 
Kesenian-kesenian tersebut masih jelas terlihat keberadaannya meskipun ada beberapa yang sudah mulai hilang digerus zaman. Kesenian budaya yang semestinya masih dipertahankan tetapi keberadaanya melebur dengan perubahan zaman yang makin menguasai. Masyarakat Dusun Kembang Lampir masih memegang tradisi yang membuat sedikit banyak kebudayaan masih terlihat di sini.
Adapun kesenian budaya yang masih terlihat dan masih eksis contohnya seperti budaya dolanan antara lain
1.    Dolanan gobak sodor merupakan permainan tradisional yang membatasi gerak antar tim dengan member garis di tanah dan mendapatkan point sebanyak-banyaknya hingga dapat ditangkap atau sekedar disentuh oleh lawan mainnya.
2.    Umpet-umpet atau jilumpet merupakan permainan tradisional dengan cara menyembunyikan diri dari lawan.
3.    Dakon merupakan permainan tradisional dengan menggunakan kerikil-kerikil kecil yang dimainkan di sebuah papan khusus permainan ini.
4.    Kasti merupakan permainan dengan menggunakan bola kasti dan papan untun memukul bola ke arah jauh hingga tim dapat memperoleh point sebanyak-banyaknya.
5.    Lompat tali merupakan permainan tradisional dengan cara melompati tali karet maupun kayu.
6.    Ingklingan merupakan permainan tradisional anak-anak dengan cara mengejar lawan dengan satu kaki di sebuah petak yang telah ditentukan.
7.    Kelerengan merupakan permainan dengan menggunakan kelereng yang biasanya dimainkan oleh anak laki-laki.
8.    Dolanan Wayang merupakan permainan dengan menggunakan kartu seperti remi dan sebagainya.
9.    Pasaran merupakan permainan dengan cara meniru masakan-masakan maupun barang-barang tertentu dengan bahan yang anak-anak inginkan seperti tanah dianggap nasi, daun teh dianggap uang, rumput dianggap sayur-sayuran dan sebagainya.

Adapun kesenian budaya yang masih terlihat contohnya seperti budaya hiburan antara lain
1.    Kobro
2.    Kuda lumping (jathilan)
3.    Topeng ireng
4.    Ketoprak
5.    Orgen tunggal
6.    Nyumet long
7.    Topeng monyet


  
G.  Sistem Bahasa
Kebudayaan yang beragam sangat berpengaruh pada bahasa yang dipakain. Contohnya bahasa Inggris, Jerman, Italia, Sunda, Jawa, dan sebagainya. Dari banyak bahasa tersebut kita dapat mempelajari pengetahuan yang lebih luas. Tidak hanya bahasa yang dipelajari berasal dari bahasa luar negrei saja, tetapi bahasa dari negeri Indonesia pun perlu kita pelajari untuk melestarikan kebudayaan yangada di Indonesia(Handayani,Peni,2012:1).
Bahasa merupakan sesuatu yang berawal dari hanya sebuah kode, tulisan hingga berubah sebagai lisan untuk mempermudah komunikasi antar sesama manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang dijadikan bahasa universal seperti bahasa Inggris(Haruman,Muhammad Ganif,2012:1).
Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Dusun Kembang Lampir antara lain
1.    Jawa Ngoko yaitu bahasa yang dipakai untuk orang yang sudah dikenal akrab.
2.    Krama yaitu bahasa yang digunakan untuk bicara dengan yang belum dikenal akrab, tetapi sebaya dalam umur maupun derajat, dan juga terhadap orang yang lebih tinggimumur serta status sosialnya.










KESIMPULAN

Kebudayaan merupakan istilah yang berasal dari bahasa sansekerta “buddhayah” yang berarti budi atau akal. Sementara kebudayaan itu sendiri kurang lebih memiliki makna semua hasil dari karya, rasa, dan cita-cita masyarakat(Kaka Suhendar,2013:1).
Kembang Lampir merupakan salah satu dusun di Kabupaten Magelang Jawa Tengah dengan jumlah penduduk hampir mencapai 200 kepala keluarga. Nama dusun dipercaya berasal dari nama nenek moyang bernama Lampir yang dahulu tinggal di dusun tersebut. Sebagai sebuah dusun, masyarakat Kembang Lampir pun memiliki kebudayaan yang beraneka ragam, mulai dari sistem kepercayaan dan agama, kemasyarakatan, pengetahuan, mata pencaharian hidup atau perekonomian, peralatan dan teknologi , kesenian, sampai bahasa yang digunakan.
Agama yang berkembang dan dianut oleh masyarakat Dusun Kembang Lampir, antara lain agama Islam sebagai agama mayoritas, selain itu terdapat pula agama lain yang dianut yaitu Kristen Protestan.Untuk saat ini agama selain Islam dan Kristen Protestan di Dusun Kembang Lampir belum ada. Sedangkan beberapa kepercayaan yang terdapat di Dusun Kembang Lampir diantaranya adalah selamatan yang memiliki tujuan untuk memperoleh keselamatan dan menjauhi gangguan. Budaya sadran yang merupakan suatu kegiatan yang dilakukan pada bulan sebelum bulan puasa (reuwah/syaban). Kegiatan  ini diisi dengan acara mengunjungi makam keluarga, kerabat, atau orang-orang yang dihormati. Budaya malam satu suro adalah peringatan pergantian tahun dalam kalender Jawa. Kalender ini terpengaruh dari kalender Islam. Ngupat atau ngupati adalah kegiatan adat yang dilakukan oleh seorang ibu yang sedang mengandung empat bulan yang bertujuan untuk keselamatan sang ibu dan jabang bayinya, juga untuk menolak bala. Selain ngupat yang diadakan pada bulan keempat, pada bulan kelima pun ada upacara serupa yang bernama ngliman. Sedangkan pada bulan ketujuh, diadakan upacara dengan tujuan serupa yang bernama mitoni atau tingkeban. Mendhem ari-ari adalah prosesi yang dilakukan di Dusun Kembang Lampir setelah sang jabang bayi lahir. Masyarakat percaya bahwa ari-ari adalah kembaran atau “sedulur kembar” sang bayi tersebut. Khitanan merupakan adat penting berikutnya dalam lingkaran masyarakat Dusun Kembang Lampir untuk meresmikan diri masuk Islam. Sunatan dapat dilakukan pada waktu seorang anak pria berumur empat sampai tujuh tahun. Selain kepercayaan akan adat yang biasa dilakukan, masyarakat juga percaya akan adanya kehidupan lain mahluk-mahluk seperti jin dan lainnya seperti dhemit, wewe, kuntilanak, sundhel bolong dan thuyul atau setan gundul. Masyarakat Dusun Kembang Lampir juga percayan bahwa setiap anak gadis tidak boleh duduk di depan pintu rumahnya, katanya akan menjauhkan jodoh. Kemudian tidak di perbolehkan orang menjahit baju pada malam hari, pamali atau ora ilok. Tidak boleh tidur setelah sholat subuh, katanya akan membuat otak manusia menjadi bodoh. Juga tidak boleh tidur setelah sholat asar, di sinyalir dapat menjauhkan rejeki. Apabila ada anak kecil giginya lepas, maka gigi yang lepas tersebut dibuang secara berlawanan. Tidak boleh menyapu lantai saat ada tamu dan malam hari, dinilai mengusir tamu dan membuang rejeki. Apabila langit mendung sedangkan sedang tidak menginginkan hujan, maka biasanya orang-orang meletakkan sapu lidi sambil terbalik.
Dalam bidang social dan pemerintah, masyarakat Dusun Kembang Lampir memilih seorang kepala desa (lurah) dengan semua pembantunya, seperti carik, tirta (ulu-ulu), dan juga baya. Tugas utama mereka adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pada sistem pengetahuan misalnya pertanian, perdagangan atau bisnis, dan pemerintahaan atau politik yang ada di Dusun Kembang Lampir. Salah satunya dari pertanian akan memiliki sistem kalender pertanian tradisional yang disebut sistem pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya.
Pada sektor mata pencaharian, saat ini masih banyak sistem mata pencaharian atau ekonomi masyarakat di Dusun Kembang Lampir yang berbasiskan pada sektor pertanian di antaranya sebagai petani asli, buruh tani atau buruh maton, petani kontrak. Selain di sektor pertanian, masyarakat juga banyak yang bekerja sebagai pengrajin sangkar burung atau sering disebut kurungan. Banyak juga masyarakat yang bekerja sebagai tukang maupun buruh bangunan. Terdapat beberapa yang bekerja sebagai pedagang, pegawai negeri, pelajar, dan sedikit sebagai ibu rumah tangga.
Sistem peralatan masak tradisional juga masih digunakan oleh masyarakat seperti cangkul, munthu, sabit, pawon, cowek, parut, solet, katel, kukusan, tlenan, lumping, alu, wajan, ceret, termos, kendhi dan genthong. Peralatan pertanian tradisional pun antara lain ani-ani, eblek, tenggok, bagor, jarit, tudung atau caping dan arit. Sedangkan Sedangkan peralatan mandi tradisional yang masih sering digunakan antara lain ciduk atau siwur, ember, selang, baskom, bak mandi.
Sedangkan kesenian budaya yang masih terlihat dan masih eksis contohnya seperti budaya dolanan antara lain dolanan gobak sodor, umpet-umpet, balang watu, lompat tinggi, dakon, bekelan, kasti, lompat tali, ingklingan, karetan, kelerengan, dolanan wayang dan pasaran.
Adapun kesenian budaya hiburan antara lain kobro, kuda lumping (jathilan), topeng ireng, ketoprak, orgen tunggal, nyumet long dan topeng monyet.
Yang terakhir adalah sistem bahasa. Bahasa Jawa merupakan bahasa utama yang digunakan oleh masyarakat di Dusun Kembang Lampir. Mereka menggunakan Bahasa Jawa Ngoko dan Krama.











DAFTAR PUSTAKA

Atmaja,Nathalia.2009.Kebudayaan Suku Jawa.http://nathaliaatmaja.blogspot.com/2009/10/kebudayaan-suku-jawa.html. diunduh 25 Mei 2015.
Haruman,Muhammad Ganif.2012.Pengertian Kebudayaan dan 7 Unsur KebudayaanUniversal.http://muhamadganifharuman.blogspot.com/2012/03/pengertian-kebudayaan-dan-7-unsur.html. diunduh 25 Mei 2015.
Mulyadi,Agus.2013.Unsur-Unsur Kebudayaan beserta Penjelasannya.http://mbahkarno.blogspot.com/2013/09/unsur-unsur-kebudayaan-beserta.html. diunduh 25 Mei 2015.
Handayani,Peny.2012.Kebudayaan dan Tujuh Unsur Kebudayaan (Ringkas). http://penihadiyani.blogspot.com/2012/02/7-unsur-kebudayaan.html. diunduh 25 Mei 2015.
Suhendar,Kaka.2013.Kebudayaan Masyarakat Jawa. https://pemulungelitd19kk.wordpress.com/2013/09/30/kebudayaan-masyarakat-jawa/. diunduh 25 Mei 2015.
Koentjaraningrat.2002.Manusia dan Budaya.Jakaarta:Djambatan.